2 Februari 2021 hari terakhir bapak di dunia ini, berita duka itu mengejutkan kami anak anaknya bahkan hampir semua orang yang mengenal bapak secara pribadi. Bagaimana tidak, tanggal 2 Februari itu bapak dan mamak menghadiri pernikahan anak adek mamak di Panambean, di pesta semua berjalan seperti biasa bertegur sapa dengan semua sanak saudara.
Sekitar jam 6 sore bapak dan mamak sudah tiba di rumah, kegiatan masih seperti biasa makan malam dan nonton tivi sambil ngobrol ringan berdua. Sekitar jam 10 malam bapak dan mamak pergi tidur tidak berselang berapa lama bapak bangun lagi hendak pergi ke kamar mandi, tiba tiba terdengar suara bukkkk sangat keras.
Bapak kami terjatuh dari tempat tidur. Mendengar ada suara mamak spontan bangun dan turun dari tempat tidur mamak sudah melihat bapak sudah dilantai sambil teriak adouuhhh. Mamak hendak menolong tapi mamak tidak kuat, mamak pergi ke tetangga tujuan pertama mamak rumah tulang sumbayak, tulang dan beberapa orang datang menolong dan langsung melarikan bapak ke puskesmas terdekat, pihak puskesmas menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit saja.
Selama di perjalanan kata mamak yang terdengar hanya suara tidur ngorok, sesampainya dirumah sakit Tiara Siantar pihak rumah sakit mengatakan sudah tidak ada lagi, selesai sudah perjuangan bapak. Waktu begitu singkat, tanpa pesan dari bapak buat kami semua. Kejadian ini diluar nalar manusia cara Tuhan memanggil pulang pun berbeda-beda.
Bapak kami Parjuma Juma lahir di Sipoldas 12 Maret 1950 anak ketiga dari tujuh bersaudara bapak menikah dengan mamak boru Saragih Garingging tanggal 2 April 1974 memiliki 3 anak laki-laki, 2 anak perempuan, 2 parumaen, 2 hela, 6 cucu laki laki, 4 cucu perempuan.
Dari masa muda bapak mengabdikan diri sebagai karyawan di perkebunan teh Bahbutong milik PTPN IV. Sampai pada masa krisis ekonomi di Indonesia perusahaan melakukan pengurangan karyawan satu keluarga hanya boleh satu orang yang bekerja. Apabila suami istri memilih tetap bekerja harus rela dimutasi ke daerah pembukaan perkebunan baru milik PTPN IV. Bapak memilih pensiun dini hingga bisa fokus mengurus tanaman yang dirintis bapak sejak kami kecil kecil mencari sampingan setelah pulang kerja di perkebunan teh.
Bapak kami parjuma juma jam kerjanya dari jam 6 pagi sudah siap untuk berangkat ke ladang membawa bekal makan siang, pulang sampai benar benar matahari terbenam baru pulang, seandainya di ladang ada cahaya lampu mungkin bapak masih terus di ladang.
Sesampainya dirumah bapak membersihkan diri makan malam sambil melakukan aktivitas lain, menggiling kopi, mengupas pinang, mengupas jagung, dan banyak lagi kegiatannya yang lain termasuk kegiatan sosial dan keagamaan di gereja atau lingkungan bapak selalu berusaha untuk hadir walau kadang suka telat karena keasyikan dengan tanaman tanamannya di ladang sampai membuat bapak suka lupa waktu.
Bapak kami Parjuma Juma, bapak yang baik, bapak yang tenang dalam menghadapi persoalan, bapak yang serius buat anak anak, opung yang suka buat lucu sama cucu-cucunya. Bapak yang menunjukkan kasih sayang lewat perbuatan.
Bapak terimakasih buat kasih sayangmu
Bapak terimakasih sudah menjadi suami yang baik untuk mamak selama ini gelombang pasang surut bapak dan mamak sudah lewati bersama.
Bapak terimakasih buat semua yang telah bapak berikan untuk kami lewat tenaga dan keringatmu , untuk semangat dan ide idemu supaya kami bisa sekolah.
Terimakasih bapak, Sebuah lagu akan ku tuliskan untuk kami selalu mengenangmu bapak.
Bapaku na bujur
Bapa parholong na Lang marpussa
Lang dong taridah surut semangat mu Lo bapa
Manghopkop Nami on ganupan niombahmu Lang ongga ham ringisan
Marsik pe sitarononmu
**
Hape marujung ma goluhmu
Tading ma inang namabalu
Lang dong sompat martonah
Bai parujungni goluhmu
Janah Lang sompat ididah ham
Anakmon siapudan marhajabuan
In ma na hu halungunhon
Bani parmisirmu
Holong ma ham Tuhan apohi uhurnami
Jalo ham bapa in hundul i siamunMU
Tangis do ganupan, Nanami hamagoan.
***
Simpang Bahbutong
Perbatasan kebun teh
Kecamatan Sidamanik
Kabupaten Simalungun
Sumatera Utara
Selamat Jalan Bapak
Damailah bersama Bapa di Surga
Kami akan selalu mengenangmu bapakkuuuuuuu, melihat foto wajahmu membuat basah mata ini....
Tuhan berikan kami kemampuan untuk melewati kenyataan yang kami hadapi.
kami yang berduka Keluarga Besar Damanik Tomok.